Dari tahun-tahun yang ia lalui,
ia tak kenal “Merdeka”.
Merdeka baginya seperti mencari jarum
yang jatuh di tengah gurun.
Karena hari yang dilalui
adalah masalah yang diciptakan
oleh negara, dan korporat.
Ia menyaksikan tubuhnya dirampas,
diasingkan dari tanahnya sendiri,
dibunuh tanpa salah apa pun.
Tanah yang lama dijahit itu,
kini dirobek-robek oleh penguasa
demi memperpanjang nafsu kekuasaan.
Kini Merdeka, cuma upacara,
cuma tradisi yang berulang-ulang
tanpa makna yang setara.
Bukan Upacara, Tapi Kehidupan
Namun di balik luka yang membeku,
ia menyalakan api kecil perlawanan,
api yang tak bisa dipadamkan
bahkan oleh kekuasaan paling bengis.
Karena bagi perempuan itu,
Merdeka adalah hak hidup,
hak mencintai tanah,
dan hak untuk tidak lagi ditindas.
Ia menciptakan merdeka dari dirinya sendiri,
bukan dari tuntutan, bukan dari belas kasihan,
tapi dari keyakinan yang tumbuh,
bahwa hidupnya tak boleh disemena lagi
0 Komentar