"Kita semua menginginkan cinta yang penuh kehangatan dan rasa aman. Tapi jika hubungan justru membuatmu merasa tertekan, bingung, dan tidak berharga,mungkin saatnya bertanya: apakah ini cinta, atau bentuk manipulasi?"

Cinta seharusnya menjadi ruang aman untuk tumbuh dan saling mendukung. Namun dalam praktiknya, tidak semua hubungan romantis berlandaskan kasih sayang yang sehat. Tak sedikit orang yang secara perlahan terseret dalam hubungan manipulatif, tanpa benar-benar menyadarinya. Mereka tidak dibentak, tidak dipukul, tetapi dirusak dari dalam: harga dirinya terkikis, emosinya terkendali, dan pilihannya dipersempit oleh pasangannya sendiri.

Manipulasi dalam hubungan sering kali dilakukan secara halus. Para pelakunya tidak selalu tampak kasar atau jahat. Bahkan, banyak dari mereka tampil penuh perhatian, manis, dan seolah menjadi “pasangan impian”. Padahal, di balik perhatian itu, mereka menyimpan kebutuhan untuk mengontrol dan menguasai.

Mengacu pada referensi dari Psychology Today, Verywell Mind, dan laporan psikolog klinis seperti Dr. George Simon dan Dr. Harriet B. Braiker, berikut adalah 6 tipe pasangan manipulatif yang perlu dikenali:

1. Si Tukang Gaslight (The Gaslighter)

Gaslighting adalah salah satu bentuk manipulasi paling berbahaya. Pasangan tipe ini membuatmu mempertanyakan persepsimu sendiri. Saat kamu mengungkapkan rasa tidak nyaman, mereka merespons dengan:

"Kamu terlalu sensitif."
"Itu cuma di kepalamu saja."

Mereka memutarbalikkan kenyataan sehingga kamu mulai meragukan kebenaran bahkan pengalamanmu sendiri. Tujuannya? Untuk membuatmu kehilangan rasa percaya diri dan menjadi lebih tergantung padanya.

Menurut Dr. Robin Stern, penulis The Gaslight Effect, gaslighting sering membuat korban merasa dirinya “gila”, padahal yang bermasalah adalah pasangannya.

2. Si Korban Abadi (The Eternal Victim)

Pasangan manipulatif tipe ini selalu memainkan peran sebagai korban, apapun situasinya. Mereka tidak pernah salah; jika ada konflik, maka itu pasti karena kamu yang jahat, kasar, atau tidak pengertian.

Contohnya:

"Aku seperti ini karena masa kecilku sulit."
"Kalau kamu benar-benar cinta, kamu akan memahami lukaku."

Dalam jangka panjang, kamu akan merasa bersalah terus-menerus dan merasa bertanggung jawab atas kebahagiaannya—padahal kamu juga butuh ruang untuk disayangi.

3. Si Raja Drama (The Emotional Blackmailer)

Mereka mengandalkan ancaman emosional untuk mengendalikanmu. Bisa dengan mengancam akan pergi, bunuh diri, atau membuatmu merasa menjadi satu-satunya penyelamat hidupnya.

Kata-kata seperti:

"Tanpa kamu aku nggak bisa hidup."
"Kalau kamu ninggalin aku, aku bakal hancur."

adalah bentuk pemerasan emosional yang membuatmu merasa tidak punya pilihan lain selain menuruti semua keinginannya. Ini bukan cinta—ini jebakan.

4. Si Pengatur Diam-Diam (The Subtle Controller)

Tipe ini tidak mengontrol dengan teriakan, tetapi dengan bujukan yang terus-menerus dan “saran” yang terdengar manis. Mereka akan membuatmu berpikir bahwa kamu membuat keputusan sendiri, padahal mereka sedang mengendalikanmu.

Misalnya:

"Aku cuma kasih saran kok, tapi ya terserah kamu."
"Pakaian kayak gitu terlalu terbuka, kamu nggak pengin aku malu kan?"

Kamu akan mulai mengubah kebiasaanmu, gaya berpakaian, bahkan lingkaran sosialmu, demi menyenangkan dia—tanpa sadar kamu sudah kehilangan identitasmu sendiri.

5. Si Pemain Tarik-Ulur (The Hot-and-Cold Lover)

Pasangan manipulatif jenis ini menciptakan ketergantungan emosional dengan memberi cinta secara tidak konsisten. Hari ini mereka memujamu, besok mereka dingin dan menjauh tanpa alasan jelas.

Kamu akan terus mengejar validasi dan kasih sayang mereka, berusaha “memperbaiki” hubungan, padahal mereka sengaja menciptakan ketidakseimbangan untuk mempertahankan kontrol.

Menurut Dr. Susan Forward dalam bukunya Emotional Blackmail, perilaku ini membuat korban menjadi sangat bergantung dan tidak berdaya dalam hubungan.

6. Si Tukang Isolasi (The Isolator)

Pasangan manipulatif juga sering mencoba memisahkanmu dari keluarga dan teman-temanmu. Mereka mungkin mengatakan bahwa orang-orang terdekatmu tidak benar-benar peduli atau ingin menghancurkan hubungan kalian.

Contoh ucapan:

"Teman-temanmu terlalu banyak ikut campur."
"Orang tuamu nggak pernah suka aku, kamu harus pilih."

Isolasi adalah strategi klasik para manipulator untuk menguasai korbannya. Begitu kamu jauh dari support system, kamu akan semakin sulit keluar dari hubungan yang tidak sehat.

Cinta Tidak Seharusnya Menyakitkan

Kita semua menginginkan cinta yang penuh kehangatan dan rasa aman. Tapi jika hubungan justru membuatmu merasa tertekan, bingung, dan tidak berharga, mungkin saatnya bertanya: apakah ini cinta, atau bentuk manipulasi?

Mengenali tipe-tipe pasangan manipulatif bukan berarti kita menjadi paranoid dalam hubungan. Namun, kesadaran adalah langkah pertama untuk melindungi diri. Jika kamu merasa terjebak dalam hubungan seperti ini, penting untuk berbicara dengan orang yang kamu percaya atau mencari bantuan profesional. Kamu layak dicintai dengan cara yang sehat dan membebaskan.

 

Referensi:

Stern, Robin. The Gaslight Effect. Harmony Books, 2007.

Forward, Susan. Emotional Blackmail. HarperCollins, 1997.

Simon, George K. In Sheep’s Clothing: Understanding and Dealing with Manipulative People. Parkhurst Brothers, 2010.

Verywell Mind & Psychology Today (2020-2023)


Penulis: Perempuan Jalanan