Industri garmen di Sri Lanka, tempat mayoritas tenaga kerjanya adalah perempuan, masih dilanda upah rendah, jam kerja panjang, dan kondisi kerja yang tidak aman. Diskriminasi berbasis gender dan minimnya perlindungan sosial memperparah situasi

Dok. marchemondiale.org

Pada tanggal 24 April, para perempuan dari Sri Lanka dan seluruh dunia berkumpul dalam Aksi Internasional ke-6 dari World Women’s March (WMW), di bawah slogan yang menggema: "Hidup Lebih dari Keuntungan, Perdamaian Lebih dari Perang." Pertemuan selama tiga hari yang diselenggarakan di Sri Lanka oleh Women’s Centre, WMW, dan Action Aid France ini menjadi ruang perlawanan terhadap kekuatan perusahaan transnasional, sekaligus memperkuat perjuangan buruh perempuan di seluruh dunia.

Mengapa Sri Lanka?

Pusat Perempuan, yang berdiri sejak 1982, telah menjadi kekuatan utama dalam gerakan hak-hak buruh di Sri Lanka, khususnya di sektor garmen. Sebagai pembela teguh hak buruh perempuan, pusat ini berada di garis depan berbagai pemogokan dan aksi besar, memperjuangkan martabat, upah yang layak, serta perlindungan dari kekerasan dan eksploitasi.

Industri garmen di Sri Lanka, tempat mayoritas tenaga kerjanya adalah perempuan, masih dilanda upah rendah, jam kerja panjang, dan kondisi kerja yang tidak aman. Diskriminasi berbasis gender dan minimnya perlindungan sosial memperparah situasi. Namun, di tengah tekanan dari perusahaan, kebijakan negara, dan institusi, pengorganisasian tenaga kerja yang dipimpin perempuan terus tumbuh dan melawan.

Aksi Feminis Berakar pada Solidaritas

Aksi 24 April bukan sekadar perlawanan, tetapi juga peringatan global terutama mengenang para korban tragedi runtuhnya Rana Plaza 2013 di Bangladesh. Tahun ini, aksi tersebut menjadi ruang mendengarkan suara perempuan pekerja dari Sri Lanka dan wilayah lain, memperkuat solidaritas feminis internasional dalam menghadapi impunitas perusahaan.

Melalui forum publik, aksi jalanan, diskusi strategis, dan cerita kolektif, para peserta dari Global Selatan dan Utara menyatukan kekuatan untuk membongkar sistem yang membiarkan perusahaan transnasional meraup keuntungan dengan mengorbankan hak-hak pekerja, kehidupan manusia, dan kelestarian alam. Fokus utama: membangun strategi bersama demi akuntabilitas dan transformasi sistemik.

Salah satu momen paling kuat adalah aksi jalanan di depan Zona Pemrosesan Ekspor terbesar Sri Lanka. Di sana, para pekerja perempuan dan militan WMW mengangkat tuntutan mereka menyoroti ketidakadilan yang mereka hadapi dalam industri garmen. Dengan spanduk, nyanyian, dan kesaksian, mereka merebut kembali ruang ekonomi yang telah lama menjadi simbol eksploitasi.

Dalam aksi yang emosional dan simbolis, lilin dinyalakan untuk mengenang para korban Rana Plaza. Peserta menegaskan bahwa kondisi tidak adil yang melahirkan tragedi tersebut masih bertahan hingga kini. Eksploitasi belum berakhir hanya wajahnya yang berubah.

Merajut Alternatif Perempuan Melawan Korporasi

Selama tiga hari, peserta dari Asia-Oseania, Afrika, dan Eropa membahas strategi untuk membangun alternatif feminis terhadap sistem korporasi dan militerisasi. Mereka membedah dampak perusahaan transnasional terhadap industri garmen, pertanian, makanan, dan perikanan sekaligus menyerukan perubahan ekonomi yang radikal dan berkeadilan gender.

Globalisasi Perlawanan. Globalisasi Solidaritas Feminis. Membongkar Kekuatan Perusahaan.

Sri Lanka menjadi titik nyala dalam Aksi Internasional ke-6 Pawai Perempuan Sedunia. Dari akar rumput, suara perempuan bangkit bersama menentang eksploitasi sistemik. Perjuangan belum selesai. Dan komitmen mereka tak tergoyahkan

Sumber:https://marchemondiale.org/2025/04/6th-international-action-of-the-world-march-of-women-continues-in-sri-lanka-life-over-profit-peace-over-war/