![]() |
Dok: Buruh Perempuan FSBPI |
Perempuan yang menapak kakinya dari deru mesin besi dan arloji itu, harus menerima masa suram dan pelik di tengah kegusaran yang dilakukan perusahan terhadap buruh. Mereka mengorbankan peluh dari tubuh dan mengahabiskan hari-hari bekerja dalam ketidakpastian.
Siapa yang tak kenal, Marsinah Aktivis Buruh perempuan yang bekerja di Perusahaan pada PT Catur Putra Surya (CPS) Porong di Nganjuk Jawa Timur,
Saban lalu Pada 3 Mei 1998, Ia melancarkan pemogokan atas ketidak adilan yang dilakukan perusahan, meskipun aksi protes itu mendapat tekanan dari pihak perusahan, namun tidak meruntuhkan api perlawanan untuk terus melawan kediktatoran Orde Baru cukong-cukong perusahan.
Pasca pemboikotan besar-besaran oleh Marsinah, malam itu tepatnya tanggal 5 Mei, kejadian tak terduga itu menimpali dirinya, Marsinah menghilang, seperti ditelan bumi. Tak satupun yang tahu, teman dekat atau tetangganya.
Rupanya Ia diculik, disiksa, dan ditemukan meninggal dengan tubuhnnya tercabik-cabik. Berita di radio beredar hingga ke pelosok desa, bagi buruh kehilangan Marsinah, adalah kehilangan Tokoh perempuan, karena keberanian dan ketangguhan melawan diktator perusahaan, yang menindas buruh secara membabi buta.
Apakah Marsinah Tidak Membaca? Tentu tidak, seorang buruh yang berani melawan, adalah ia yang membaca dan mengetahui apa yang menjadi hak dan kewajiban.
Semenjak menjadi buruh keinginan tahuan untuk aturan ketenagaan kerjaan, tentu ia lakukan dengan mabaca, dan berdiskusi. Sehingga ia berani memprotes jika perusahan memperlakukan buruh dengan sangat tidak adil.
Banyak kawan-kawan juga sering berdiskusi dan berbagai saran berkaitan dengan persoalan yang terjadi dilintas perburuan, ia juga menjadi pelopor bagi seluruh buruh.
Tentu saja Marsinah tidak hanya sendiri dalam berlawan, dengan bermodalkan keingin tahuan ini tentunya ia tidak melek aksara, itulah yang yang membawa jalan dia bareani bersuara. Suara-suara Marsinah harus dirularkan ke generasi selanjutnya.
Mengenang kematian Marsinah, tidak hanya meratapi kesedihan yang dalam, tetapi mengutuk keras pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan Milterisme terhadap Marsinah dan Aktfis 1998 yang dibunuh.
0 Komentar