Bumi dan manusia menjadi  terancam ditengah tumbuhnya  industri  ekstraktif yang  eksploitatif. Tanah  dan  tumbuhan tempat manusia untuk  memproduksi  makanan  untuk  kebutuhan  hidup  kini  tergantikan  oleh  tambang.

Tak  sedikit  kehidupan  perempuan  pun  ikut  terancam, sejak lahirnya  peradaban  perempuan menjadi  manusia  pertama  yang  menanam  dan  meramu makanan  dari  hasil  alam. Begitu kuat  relasi  Femenisme  dalam  alam.

Pengobjekan  alam  dan perempuan  ini  tercermin  dari  bahasa yang  patriakhi  yang dilekatkan  dalam  tubuh  perempuam  dan  alam, seperti  hutan  perawan, bumi diperkosa, dan dilenjangi. 

Menurut ekofeminis, Karen J Warren (1996) menyatakan bahwa keterkaitan antara perempuan dengan alam itu tidak mengherankan, mengingat bahwa masyarakat kita dibentuk oleh nilai, kepercayaan, pendidikan, tingkah laku yang memakai payung patriarkhi, di mana terdapat justifikasi hubungan dominasi dan subordinasi, penindasan terhadap perempuan oleh laki-laki.

Sehingga  pentingnya pendiskusian  untuk merubah paradigma  berpikir yang  feminis dan  objektif  terhadap  fakta-fakta yang  terjadi  hari  ini.

World Meteorological Organizations (WMO) menyatakan bahwa kenaikan suhu rata-rata bumi sudah mencapai 1.2°C dan pada delapan tahun terakhir tercatat sebagai tahun-tahun terpanas.

Dampak krisi  iklim  ini, memicu  beragam  kekerasan termaksud  kekerasan  berbasis  gender, yang  dapat  merugikan  kehidupan  perempuan, menambah  angka kekerasan  terhadap  perempuan.

Bahaya  dari  kerusakan  lingkungan  sudah  dirasakan  oleh masyarakat  yang  terdampak aktivitas  tambang  ekstraktif mulai kerusakan  sungai yang  terjadi  di  Segea pada  bulan  Agustus, suangi  yang  menjadi  tempat  distinasi dan  dijaga  kelestariannya menjadi  keruh.

Masalah  yang  timbul  lainnya  kehidupan  nelayan  yang  memperihatinkan  dan  pengelolaan tanah-tanah  oleh  petani  yang  mulai  berkurang. 

Perempuan  Pemilu 2024 dan  Krisis  Iklim 

Peluncuran  media  ini  di  Maluku  Utara  sebagai  bagian  dari  keresahan  atas  kondisi  kasus berbasis  gender  dengan  mengedepankan cara  pikir  yang  feminis. Dalam  Peluncuran dan launching media Jujaruh.com Komunitas Jujaruh  menggelar  diskusi  bertajuk "Perempuan, Pemilu 2024 dan Krisis Iklim" yang  digelar   tanggal 30 November 2023 pada pukul 20.00 WIT.

Kenapa  diskusi Perempuan  Pemilu  2024 dan  Krisi  iklim  dianggat  karena kami  berharap  isu-isu  krisis  iklim  ini  menjadi    prioritas.  Kita  perlu pemimpin dengan gagasan kuat untuk perbaikan lingkungan ke depan.

Sehingga Tahun politik merupakan satu cara menggali gagasan para calon pemimpin di lembaga legislatif, karena  para  bakal colon dewan  rakyat  ini menentukan arah pembangunan untuk lima tahun mendatang di  Maluku  Utara. 

Menurut  Astuti  Kilwou  dalam  sesi  diskusi menyampaikan, fenomena  perubahan  iklim  menjadi  isu  global  yang  perlu  diatasi bersama.  Maluku Utara  untuk  mengetahui  perubahan  iklim  kita  harus  melihat   saja  yang  ada sebelum  perubahan  iklim  itu  terjadi.

program  pemerintah  menurunkan emisi  karbon  diperkotaan  dengan  mengganti    kendaraan menggunakan  batrei berbahan baku  biji  nikel. Karena  baterai  dianggap  ramah  lingkungan.

Namun  dibalik  itu  di  Maluku  Utara menjadi  sasaran  pertambangan oleh  investasi  salah  satunya  Nikel salah  perusahaan  terbesar  di Indonesia  kedua setelah  Sulawesi. Perusahaan  tersebut  telah  mengancam  kehidupan  masyarakat  dan  ekositem  yang  ada.

Dalam  bulan  Agustus 2023 destinasi   gua  Goki  Maruru  menjadi  sorotan  karena  air  sungai  mengalami  keruh  bahkan  setelah  hujan  berhenti  beberapa  hari, dan  kembali  keruh lagi, tampak  tidak  biasa. 

Tuti  juga  mempertanyakan  fungsi  legislatif  saat  ini  dalam penanganan  krisis  iklim  dengan  pembangunan  rendah  karbon.

Ia  menyentil   kota  Ternate, merupakan  kota  kecil  dengan  kendaraan  bermotor  terbanyak  kedua  di  Indonesia. Di  tambah  tata  ruang  kota  Ternate  yang  tidak  ramah  pejalang  kaki.

Diskusi  tersebar  menghadirkan  kedua  narasumber  sumber  Nurlela  syarif  dan  Ike  Masita  yang  juga  memberikan  gagasan  terkait  perubahan  iklim.

Menurut  Nurlela  syarif, bahwa  krisi  iklim  ini  diakibatkan  oleh  kebijakan  pemerintah  atas  pemberian  izin  dengan  dalil  keberlansungan  hidup  orang  banyak.

Namun  pada  kenyataannya  justru  sebaliknya  merusak  tata  ruang rakyat.  Sehingga  ini  menjadi  perhatian  kita  semua  untuk  merubahnnya.

Ia  juga  menjelaskan  fungsi  pengawasan  DPRD  memiliki  tugas masing-masing  sehingga, sehingga  adanya  Peraturan  Daerah  yang  berkaitan  dengan  lingkungan.

Ia  juga  menjelaskan  untuk  kerdaraan  beroda  dua  di  kota  Ternate  menjadi  evaluasi  nanti  dalam agenda  pengawasan

"Ini  menjadi  catatan  penting  dan  menjadi  bahan  evaluasi" katanya.

Menurut  Ike  Masita  dengan  proyek  strategi  nasional  dan  kebijakan  negara  telah, merusak  lini  masyarakat, seperti maraknnya  pertambangan  telah memperparah  kondisi  Halamhera  Tengah  sehingga kerusakan  lingkungan terus menurus  mengorogoti  tubuh  Halmahera. 

Penulis  Anggi 

Wartawan Jujaruh. Com